RSS Feed

Kumpulan Puisi Ta'aruf saat TakdirNya Menyatukan Kita

Posted by tata_martinis Label:

rudi rusli

1. Bagi Perempuan T

Aku tak akan memujamu
bagai remaja pada cinta pertama
hanya sebentuk rasa percaya
yang sederhana: kau pendampingku
di Jakarta yang belantara.

ini hanya cukup keyakinan
tanpa bimbang, bagai masa lalu.

dan di sini, dengan terus memelihara
nuansa romantik dalam pemenungan,
kutunggu hari-hari
mematangkan keyakinan
atau takdir menulis lain
pada aliran darah kita.

perempuan T,
ini bagai rindu
tapi tak kubesarkan ia
hingga membakar:
sebab ini bukan lagi kisah remaja
pada cinta pertama.

ini cinta persembahan
hanya bagi Tuhan dan kehidupan.

Depok, 12 Februari 1998


rudi rusli

2. DI ISTIQLAL

T, tahukah: aku
sedang berjuang
mempuasakan rindu yang gelegak
mengenangmu.
:kau sedang mengapa?

T, hidup zaman ini penuh ketidakpastian
kecuali pertanyaanku yang selalu
bergelut-gelut
tentang kesudianmu
mendampingi hari-hari
mendatangku.

masa depan!
ingin kutahu rupa ujungnya.
(ah, aku memang selalu ingin tahu takdir)

atau mungkin ini
yang dinamakan
ketidaksabaran.

Istiqlal, 7 Juli 1998

#dan masa depan itu,
ternyata dipersembahkanNya
untuk kita
sayang#
Segala puji bagi Allah..



rudi rusli

3. DI SAJADAH PANJANG
: buat perempuan T

Jadikan kami satu, Tuhan
jadikan kami satu
dalam lurusMu
dalam jalanMu!

begitu banyak godaan, Tuhan
begitu banyak godaan
begitu banyak jebakan
begitu banyak setan
bergentayangan
dalam nyata dan angan.

jadikan kami bersatu
jadikan kami tenang
jadikan hanya akhirat tujuan
jadikan rahmatMu
warna hidup kami
sepanjang hari.

Tuhan,
alangkah singkat dunia
alangkah panjang jalan menuju sorgaMu.
berkahilah kami
berkahilah!

percetakan negara 2, 16 Oktober 1998



rudi rusli

4.  CERITA SAMAR ITU
: duh, perempuan T

entah bagaiman terciptanya
jalan ini jadi samar
tak jelas ujung
dan kau berkata-kata lugu
dalam makna yang semakin hilang.

inikah tarik ulur yang kau perankan
dan aku bagai meraba dalamnya lautan
dari ombak dan gelombang?

sungguh, dalam telpon aku terlalu berharap
mendengar dan mengukur suaramu
sedang dalam kata-kata suratmu
terbangun keraguan
mu
dan kekuatiran
ku.

penuh kontradiksi, T
dan polusi makna ini
perlu sangat dijauhkan
dari rongga dada kita
:aku penuh harap.

dan T,
ingin sekali
kujangkau kejernihan
dan kesegaranmu.

percetakan negara 2, 16 Oktober 1998



rudi rusli

5. SEUSAI TELPON
PAGI ITU

kini, T:
aku hanya butuh kepastian
dan sebentuk kesetiaan
dalam kebebasan kita: kau dan aku
walau di ruang yang beda.

siapatah yang diam-diam
telah menyelinapkan rasa ragu
dalam suaramu di telpon
pagi kemarin?
(hingga aku mesti menunggu jemu
dalam ketersiksaan yang dalam)

kini, T:
kutimang-timang gerangan keputusanku
dan keputusanmu
dan bertempurlah hingga bulan mendatang
rasa hati dan kerasionalan laki-lakiku.

takdir mengalir
dan aku air
di alurNya.
Insya
Allah!

Lapangan Banteng, 7 - 11 September 1998



rudi rusli

6. CATATAN DARI RANTAU
:T, inikah kanak-kanak?

akupun menyala dalam senyap dan jarak yang kau ciptakan
sepanjang jalan kembali dari rantau.  angin yang kubayangkan
menerpa halus jari-jemari tanganku, ketika lambai itu menyata:
ah utopia, kau mengelincir liat tak kukira. apa kau ragu akan
aku?
justru jika tanya itu yang tersedia: aku mesti mematut-matut diri
di cermin.  aku bukan pemburu yang kau duga.
dan tiba-tiba juga muncul rasa yang sama: kau serius?

atau ini hanya permainan kanak-kanak
sehabis lelah membacai berita kriminal,
krisis politik dan rusuh di mana-mana.

inilah angin ribut:
dan aku mencoba mencari jawab
buat seribu tanya tentangmu.
kukuatirkan wajahmu
luruh dari kenangan
perjalananku.

wahidin 2, 27 januari 1999



#sayang, maafkan Masyit-mu
saat itu
membuat kecewa...#



rudi rusli


7.  TENTANG KOSONG
(tertuju pada T)

I.
dengarlah sunyi ini, begitu pahit
dan selalu saja baunya kau kibarkan
dalam lagu-lagu malamku.


II.
tidak engkau yang sendirian terluka, adikku.
sebuah tombak telah menancap tepat
di jantungku
ketika dengan sadar kutulis kata-kata perpisahan
: seperti yang telah kita siapkan, ini semua
tanpa air mata.


III.
Allah saja yang tahu kemana akhir semua ujung
dan aku, dari kejauhan
membayangimu: doa yang baik
insya Allah kukirim untukmu selalu.

wahidin 2, 18 pebruari 1999

#hiks...untunglah Allah
akhirnya mempertemukan kita, sayang#



rudi rusli


8.  KEMBALI
kepada perempuan T


kini, kembali aku padamu
kembali padamu
setelah tersesat
dalam keruhnya
kekecewaan yang keliru.

aku ingin menyentuh
sejuk dan segarmu
saat bertemu
dan tak lagi kan jauh.

memang kubaca ragu di wajahmu
namun lihatlah aku sungguh-sungguh
: kini tak kubiarkan kesempatan ini
menjadi tersia, bahkan oleh angin
seribut apapun.

Lapangan Banteng, 24 September 1999



rudi rusli


9.  CERITA TENTANGMU
: buat T lagi


siapatah yang dulu malu-malu
mengungkapkan maksud
dan
aku kehilangan makna
dalam bahasamu.

siapatah yang dulu tenggelam
pada laut yang jauh
dan aku
kehilangan peta
menjangkau kedalamnnya.

aku pun bicara: komunikasi!
kita pun berjabat tangan
dalam percakapan damai
setelah badai
yang sunyi.

kini kita harus kembali belajar
lebih cermat tentang tanda-tanda.


Lapangan Banteng, 14 Oktober 1999



rudi rusli


10.  NOSTALGIA HARI INI


dan bernyanyilah dengan suaramu yang bisu
lupakan mimpi-mimpi yang terbang
: aku tak lagi memegang teguh harapan
hanya mengenang.

seperti yang dapat kau tebak, ini menjadi
tetes air mata yang terpendam
dan dirimu jadi bingkai yang menggantung
tak terjangkau
(tapi kau bilang: aku dekat! aku dekat!)

lupakan harapan
lupakan harapan
: apakah membuat
kita
lebih berani dengan
kenyataan?

wahidin raya, 27 maret 2000



rudi rusli

11. CERITA KITA AKHIRNYA
: dalam luka*)


barangkali aku harus akui kalah
di semua pertempuran itu
dan harapan
yang kita pendam
kita benam
dalam-dalam.

aku akan sulit melupakan
hari-hari lalu
dan wajahmu yang membayang
sepanjang kenangan.

sajak ini sajak sepi
cerita air mata dan perih.
ini sejarah
dan kita cuma
wayang-wayangnya.


suatu hari di tahun 2000
seusai kesepakatan yang emosional.
*) dalam luka, ternyata mengelirukan.



rudi rusli


12. CERITA KITA
PASKA DUKA


dan badai berlalulah!
aku penuh
tekad mengikat
mu dalam mahligai
cita-cita keluarga
sakinah.

dan duka sirnalah!
tanganku kan selalu terbuka
menyambutmu dalam
perjalanan hidup bersama
dan insya Allah
diberkahiNya.

dan senyum kita, mengembanglah!


percetakan negara 2, 21 Desember 2000

2 komentar:

  1. amelia naim indrajaya

    oalah ternyata jatuh cinta itu membuat seseorang menjadi penyair yang luar biasa..... dibukukan dong.... puisi cinta Allah dan kehidupan untuk perempuan T

  1. Unknown

    Izin share ya

Posting Komentar